arsitag.org – Philip Johnson adalah salah satu arsitek paling berpengaruh dan kontroversial di abad ke-20. Kariernya yang panjang, inovatif, dan penuh eksperimen membuatnya menjadi sosok yang sangat berpengaruh dalam perkembangan arsitektur modern. Dari desain rumah-rumah pribadi yang ikonik hingga gedung pencakar langit yang memukau, kontribusinya terhadap dunia arsitektur sangat besar. Artikel ini akan membahas perjalanan karier Philip Johnson, kontribusinya dalam dunia arsitektur, serta beberapa karya terkenalnya.

Baca Juga: Backyard: Menikmati Kehidupan di Halaman Belakang 

Awal Kehidupan dan Pendidikan

profile Philip Cortelyou Johnson lahir pada 8 Juli 1906 di Cleveland, Ohio. Ia berasal dari keluarga yang cukup mapan, dengan ayah yang bekerja di industri batu bara. Pendidikan awalnya dihabiskan di sekolah-sekolah elit di Amerika Serikat, namun minatnya dalam dunia arsitektur baru berkembang setelah ia melanjutkan studinya di Universitas Harvard.

Johnson memulai pendidikannya di bidang arsitektur di Harvard pada tahun 1925, meskipun pada awalnya ia sempat terkesan dengan seni dan filsafat. Pada akhirnya, ia memutuskan untuk mendalami arsitektur, yang kemudian menjadi jalan hidupnya. Di Harvard, ia belajar di bawah bimbingan beberapa arsitek terkemuka, termasuk professor Walter Gropius, yang kelak memengaruhi perkembangan kariernya.

Baca Juga: Tanah Longsor Bandung 2010: Tragedi yang Mengguncang

Awal Karier dan Pengaruh Internasional

Setelah menyelesaikan pendidikannya, Johnson memutuskan untuk mengembangkan kariernya di Eropa, yang saat itu merupakan pusat inovasi arsitektur dunia. Di sana, ia bertemu dengan beberapa tokoh penting dalam dunia seni dan arsitektur, termasuk Ludwig Mies van der Rohe dan Le Corbusier. Mies van der Rohe, terutama, memberikan pengaruh besar terhadap filosofi desain Johnson, yang akhirnya mendorongnya untuk memperkenalkan gaya arsitektur yang lebih minimalis dan modern.

Salah satu langkah penting dalam kariernya adalah pertemuannya dengan Bauhaus, aliran arsitektur modern yang dipelopori oleh Mies van der Rohe. Selama tinggal di Eropa, ia sempat bekerja di studio desain Mies van der Rohe di Berlin pada akhir 1920-an. Pada periode ini, Johnson juga mengembangkan pandangan estetikanya mengenai kesederhanaan bentuk dan penggunaan material yang inovatif, yang kemudian menjadi ciri khas dari banyak karyanya.

Pada tahun 1930, Johnson kembali ke Amerika Serikat dan mulai bekerja sebagai kurator untuk Museum Seni Modern (MoMA) di New York. Di sinilah ia mulai dikenal luas sebagai seorang penggagas penting dalam dunia arsitektur. Salah satu peran utamanya di MoMA adalah mengorganisir pameran “Modern Architecture: International Exhibition” pada tahun 1932. Pameran ini menjadi momen penting dalam sejarah arsitektur karena memperkenalkan prinsip-prinsip arsitektur modern yang memengaruhi banyak arsitek di seluruh dunia.

Baca Juga: Sejarah Sabun: Dari Zaman Kuno hingga Modern

Gaya Arsitektur dan Kontribusinya

Selama kariernya, Philip Johnson berkembang menjadi seorang arsitek yang tidak takut bereksperimen dengan berbagai gaya arsitektur. Meskipun ia awalnya terpengaruh oleh prinsip-prinsip modernisme yang dipelopori oleh Mies van der Rohe, seiring waktu ia mulai mengembangkan gaya pribadi yang lebih eklektik dan beragam. Johnson terkenal karena kemampuan adaptasinya terhadap tren dan ide-ide baru dalam arsitektur.

Baca Juga: Bisnis Toko Perhiasan: Peluang, Tantangan, dan Strategi Sukses

1. The Glass House (1949)

Salah satu karya paling terkenal dan ikonik dari Philip Johnson adalah The Glass House, yang ia bangun pada tahun 1949 di New Canaan, Connecticut. Rumah ini menjadi simbol dari filosofi desain Johnson yang mengutamakan kesederhanaan dan transparansi. The Glass House adalah rumah pribadi yang seluruh dindingnya terbuat dari kaca, memberikan kesan keterbukaan dan integrasi dengan alam sekitar. Desain ini juga menggabungkan elemen-elemen klasik, seperti kolom dan atap datar, yang membuatnya menjadi jembatan antara arsitektur modern dan klasik.

Keputusan untuk menggunakan kaca sebagai bahan utama untuk dinding rumah juga berfungsi sebagai pengakuan terhadap material dan teknologi masa depan, serta sebagai pernyataan tentang keterbukaan dan koneksi manusia dengan alam. Karya ini menjadi inspirasi bagi banyak arsitek dan menjadi contoh dari keberanian dalam menciptakan ruang hidup yang benar-benar inovatif.

2. Pavilion Mies van der Rohe (1956)

Johnson juga dikenal karena karya-karyanya yang menggabungkan prinsip-prinsip modernis dengan ide-ide yang lebih eksperimental. Salah satu contohnya adalah Pavilion Mies van der Rohe yang ia bangun di New York pada tahun 1956. Pavilion ini didesain sebagai ruang untuk pameran dan berfungsi sebagai landmark arsitektur di kota tersebut. Desainnya menggabungkan elemen-elemen sederhana yang khas dari gaya modernis, seperti struktur terbuka dan penggunaan kaca dan beton, namun tetap memiliki kecanggihan dalam penataan ruang dan detil arsitektural.

3. The Seagram Building (1958)

Pada tahun 1958, Philip Johnson berkolaborasi dengan arsitek Ludwig Mies van der Rohe untuk merancang The Seagram Building, salah satu gedung pencakar langit paling terkenal di New York. The Seagram Building dianggap sebagai pencapaian monumental dalam arsitektur modern dan menonjolkan penggunaan kaca dan baja sebagai bahan utama. Desainnya yang minimalis dan modern telah menjadi model bagi banyak gedung pencakar langit di seluruh dunia, dengan garis-garis vertikal dan fasad kaca yang menciptakan tampilan yang elegan dan efisien.

4. Museum Seni Kontemporer (1974)

Salah satu karya penting lainnya dari Philip Johnson adalah Museum Seni Kontemporer di Houston, yang selesai dibangun pada tahun 1974. Desain museum ini menggambarkan pengaruh arsitektur klasik yang dipadukan dengan unsur-unsur modern. Bagian utama museum ini menggabungkan ruang galeri yang luas dengan pencahayaan alami, sehingga memberikan pengalaman visual yang luar biasa bagi pengunjung.

Kontroversi dan Perubahan Gaya

Philip Johnson tidak hanya dikenal karena inovasinya, tetapi juga karena banyak kontroversi yang mengelilingi karyanya. Salah satu aspek yang sering dibahas adalah perubahannya dalam gaya desain. Sebagai seorang arsitek yang terus berkembang, Johnson memulai kariernya dengan gaya modernis yang sangat sederhana dan minimalis, namun seiring waktu ia mulai mengeksplorasi elemen-elemen klasik dan dekoratif dalam desainnya. Pada tahun 1980-an, Johnson memulai untuk mengadopsi apa yang dikenal sebagai gaya “Postmodernisme”, yang sangat berlawanan dengan prinsip-prinsip modernisme yang ia anut sebelumnya.

Salah satu contoh dari perubahan gaya ini dapat dilihat pada desain AT&T Building (sekarang Sony Tower) di New York yang selesai pada tahun 1984. Gedung ini terkenal karena atapnya yang berbentuk seperti pelipit bangunan klasik, yang menjadi simbol dari pergeseran yang terjadi dalam gaya desain Johnson. Meskipun karya ini menuai kritik dari beberapa kalangan arsitek, yang menilai bahwa itu adalah kemunduran dari prinsip modernisme, namun karya ini tetap menjadi tonggak penting dalam evolusi arsitektur.

Warisan Philip Johnson

Philip Johnson meninggal pada 25 Januari 2005, tetapi warisannya dalam dunia arsitektur tetap hidup. Banyak karya-karya Johnson yang terus dihargai dan dipelajari oleh arsitek dan mahasiswa arsitektur di seluruh dunia. Ia berhasil menciptakan karya-karya yang tidak hanya estetis, tetapi juga mengubah cara kita memahami ruang, teknologi, dan material dalam arsitektur.

Sebagai seorang arsitek yang sangat berbakat dan kontroversial, Philip Johnson tidak hanya meninggalkan sejumlah karya monumental, tetapi juga mempengaruhi perkembangan arsitektur abad ke-20 dengan pemikiran, eksperimen, dan kemampuannya untuk menciptakan karya yang memadukan keindahan dengan fungsionalitas.