arsitag.org – Elevasi adalah salah satu elemen penting dalam desain arsitektur yang berperan dalam penataan visual sebuah bangunan. Konsep ini tidak hanya berfokus pada bentuk luar dari bangunan, tetapi juga melibatkan bagaimana bangunan berinteraksi dengan lingkungannya. Dalam konteks arsitektur, istilah elevasi mengacu pada tampilan vertikal dari sebuah bangunan, yang menggambarkan bentuk, ukuran, dan susunan elemen-elemen seperti dinding, jendela, pintu, dan elemen dekoratif lainnya. Pemahaman tentang elevasi sangat penting dalam menciptakan desain bangunan yang estetis dan fungsional.

Baca Juga: Backyard: Menikmati Kehidupan di Halaman Belakang 

Apa itu Elevasi?

Secara sederhana, elevasi dapat diartikan sebagai tampilan atau pandangan dari sisi luar bangunan yang terlihat dari satu arah. Dalam gambar arsitektur, elevasi menunjukkan bagaimana bangunan tersebut akan terlihat dari satu sudut pandang tertentu, tanpa mengindahkan perspektif tiga dimensi. Ini berbeda dengan tampilan perspektif, yang menunjukkan objek dari beberapa sudut dan memberi gambaran lebih realistis tentang bagaimana bangunan tersebut akan terlihat dalam dunia nyata. Elevasi biasanya digambarkan dalam bentuk gambar dua dimensi yang menunjukkan dimensi tinggi dan lebar bangunan, serta detail strukturalnya.

Baca Juga: Agile dalam Pekerjaan: Mengoptimalkan Proses dan Kolaborasi

Jenis-Jenis Elevasi dalam Arsitektur

Elevasi bangunan memiliki beberapa jenis yang dibedakan berdasarkan arah pandang dan tujuan desain. Berikut adalah jenis-jenis elevasi yang umum digunakan dalam arsitektur:

1. Elevasi Depan (Front Elevation)

Elevasi depan adalah gambar tampilan dari sisi bangunan yang paling utama atau yang paling sering terlihat oleh orang. Ini adalah bagian bangunan yang biasanya menghadap jalan utama atau area publik. Elevasi depan sering kali menjadi perhatian pertama dalam desain arsitektur, karena menciptakan kesan pertama bagi pengamat atau pengguna bangunan. Desain elevasi depan sering kali dilengkapi dengan elemen-elemen seperti pintu utama, jendela besar, dan detail dekoratif yang mencerminkan gaya arsitektur keseluruhan bangunan.

2. Elevasi Samping (Side Elevation)

Elevasi samping menunjukkan tampilan bangunan dari sisi kiri atau kanan. Elevasi ini memberikan gambaran tentang kedalaman bangunan, ketinggian lantai, serta bagaimana bangunan berinteraksi dengan struktur lain yang ada di sekitarnya. Pada banyak bangunan, elevasi samping sering kali lebih sederhana dibandingkan dengan elevasi depan, tetapi tetap penting untuk menunjukkan keseluruhan dimensi bangunan.

3. Elevasi Belakang (Rear Elevation)

Elevasi belakang adalah tampilan dari sisi belakang bangunan. Biasanya, bagian belakang bangunan tidak mendapatkan perhatian sebanyak bagian depan, tetapi tetap memegang peranan penting dalam perencanaan arsitektur, terutama terkait dengan pencahayaan alami, ventilasi, dan akses ke ruang terbuka. Elevasi belakang bisa menunjukkan akses ke taman, pekarangan, atau area pribadi lainnya.

4. Elevasi Atas (Top Elevation)

Elevasi atas memberikan pandangan dari atas bangunan, yang menggambarkan bentuk atap dan bagaimana elemen-elemen seperti saluran air, ventilasi, dan struktur lainnya ditempatkan. Meskipun tidak selalu disertakan dalam gambar arsitektur dasar, elevasi atas sangat berguna untuk menggambarkan elemen struktural yang lebih tinggi dari bangunan yang tidak terlihat dalam pandangan vertikal lainnya.

5. Elevasi Interior (Interior Elevation)

Sementara elevasi yang telah disebutkan sebelumnya berfokus pada tampilan eksterior bangunan, elevasi interior menunjukkan tampilan vertikal dari ruang dalam bangunan. Elevasi interior mencakup istilah arsitektur  tampilan dari dinding dalam sebuah ruangan, yang menunjukkan posisi elemen-elemen seperti jendela, pintu, lemari, dan furnitur lainnya. Ini sangat berguna dalam desain interior untuk menggambarkan hubungan antar ruang dan bagaimana elemen-elemen ruang tersebut diposisikan.

Baca Juga: Bionic A15: Prosesor Revolusioner untuk Perangkat Apple

Fungsi dan Peran Elevasi dalam Desain Arsitektur

Elevasi memiliki berbagai fungsi yang sangat penting dalam perencanaan dan pelaksanaan desain bangunan. Berikut adalah beberapa peran utama elevasi dalam arsitektur:

1. Menyampaikan Estetika Bangunan

Salah satu fungsi utama dari elevasi adalah untuk menciptakan tampilan visual yang menarik. Dengan memilih bentuk, bahan, dan warna yang tepat, arsitek dapat menciptakan kesan pertama yang kuat kepada orang yang melihat bangunan tersebut. Setiap elemen dalam elevasi, dari bentuk jendela hingga pemilihan warna fasad, berkontribusi pada keindahan dan karakter bangunan secara keseluruhan. Elevasi menjadi sarana untuk mengekspresikan gaya arsitektur, apakah itu gaya modern, klasik, minimalis, atau lainnya.

2. Mengekspresikan Fungsi Bangunan

Selain aspek estetika, elevasi juga bisa mencerminkan fungsi bangunan. Misalnya, pada bangunan perkantoran, elevasi depan yang menggunakan banyak kaca bisa menunjukkan bahwa bangunan bahan konstruksi tersebut mengedepankan transparansi dan modernitas. Di sisi lain, pada bangunan yang lebih tradisional seperti rumah tinggal, elevasi bisa memperlihatkan konsep privasi dengan desain yang lebih tertutup, seperti penggunaan dinding solid dan sedikit jendela besar.

3. Mengoptimalkan Cahaya dan Ventilasi

Dalam desain arsitektur, penting untuk memaksimalkan penggunaan cahaya alami dan ventilasi silang yang efektif. Elevasi bangunan memberikan kesempatan untuk mendesain pembukaan jendela, ventilasi, dan atap dengan cara yang memastikan ruang dalam bangunan mendapat pencahayaan dan sirkulasi udara yang cukup. Elevasi yang dirancang dengan baik dapat mengurangi kebutuhan energi untuk penerangan dan pendinginan, sehingga membuat bangunan lebih ramah lingkungan.

4. Menyesuaikan dengan Lingkungan Sekitar

Elevasi bangunan juga harus mempertimbangkan konteks lingkungan sekitar. Hal ini termasuk pengaruh lanskap, iklim, dan bangunan-bangunan lain di sekitar lokasi. Misalnya, pada bangunan di daerah perkotaan yang padat, elevasi bisa dirancang untuk menghadapi jalan raya atau ruang terbuka dengan cara yang menonjolkan estetika dan fungsi. Di sisi lain, pada bangunan pedesaan, elevasi dapat disesuaikan untuk menyesuaikan dengan lanskap alami, dengan bentuk yang lebih organik dan menggunakan bahan-bahan alami.

5. Menentukan Dimensi dan Proporsi Bangunan

Elevasi memberikan gambaran yang jelas tentang dimensi dan proporsi bangunan, yang penting untuk memastikan bahwa bangunan akan terlihat proporsional dari segala sisi. Ini membantu dalam perencanaan struktural, di mana setiap elemen bangunan dapat diposisikan dengan benar agar memenuhi standar keamanan dan kenyamanan. Dengan merancang elevasi yang tepat, arsitek dapat memastikan bahwa bangunan tidak hanya estetis tetapi juga memenuhi persyaratan fungsional dan struktural.

Baca Juga: AMD Ryzen 3 7320U: Chipset Efisien untuk Laptop Kelas Menengah

Teknik dan Proses Perancangan Elevasi

Proses perancangan elevasi dimulai dengan memahami gaya arsitektur kebutuhan dan tujuan proyek. Arsitek akan mempertimbangkan berbagai faktor seperti fungsi bangunan, anggaran, lingkungan sekitar, dan gaya desain yang diinginkan. Setelah itu, sketsa kasar atau konsep awal akan dikembangkan, yang kemudian diperhalus menjadi gambar teknis yang lebih detail.

Teknik modern, seperti pemodelan informasi bangunan (BIM) dan perangkat lunak desain komputer, memungkinkan arsitek untuk merancang elevasi dengan lebih presisi dan efisiensi. Dengan teknologi ini, perubahan dalam desain dapat dengan mudah diterapkan dan divisualisasikan dalam bentuk 3D sebelum konstruksi dimulai. Namun, meskipun teknologi semakin maju, proses desain elevasi tetap memerlukan sentuhan kreatif dan pemahaman mendalam tentang konteks dan tujuan dari bangunan tersebut.

Elevasi bangunan bukan hanya sekedar tampilan luar, tetapi sebuah representasi dari fungsi, estetika, dan interaksi bangunan dengan lingkungan sekitar. Dengan pemahaman yang mendalam tentang elevasi, arsitek dapat menciptakan bangunan yang tidak hanya indah tetapi juga fungsional dan harmonis dengan ruang sekitarnya.