
arsitag.org – Kalau kamu suka bangunan yang tampak modern, penuh teknologi, dan punya tampilan unik yang futuristik, besar kemungkinan kamu sudah melihat contoh dari arsitektur high-tech. Gaya arsitektur ini bukan cuma soal tampilan yang canggih, tapi juga tentang bagaimana teknologi dan struktur bangunan jadi elemen estetika yang dominan.
Kita bakal ngobrol santai soal apa itu sebenarnya arsitektur high-tech, bagaimana sejarahnya, siapa saja tokoh yang berperan penting, dan tentunya, bagaimana pengaruhnya di dunia arsitektur modern. Yuk, kita bahas bareng.
Baca Juga: Pengaruh Budaya pada Arsitektur
Apa Itu Arsitektur High-Tech?
Kalau dengar istilah “high-tech”, mungkin yang langsung kebayang adalah gadget, robot, atau sesuatu yang sangat mutakhir. Nah, dalam konteks arsitektur, arsitektur high-tech adalah pendekatan desain yang menonjolkan teknologi dan struktur sebagai bagian utama dari estetika bangunan.
Gaya ini muncul di era 1970-an dan berkembang pesat di dekade-dekade berikutnya. Salah satu ciri khasnya adalah penggunaan material industri seperti baja, kaca, dan aluminium, serta memperlihatkan sistem mekanis dan struktural secara terbuka. Jadi bukan ditutupin, justru ditampilkan sebagai bagian dari keindahan.
Gaya ini juga dikenal dengan istilah high-technology architecture atau structural expressionism, karena memang lebih mengekspresikan struktur dan mesin dalam bentuk visual yang berani.
Baca Juga: Gedung Pencakar Langit Tertinggi di Dunia dan Keajaiban Arsitekturnya
Sejarah Munculnya Arsitektur High-Tech
Arsitektur high-tech mulai naik daun di Eropa sekitar tahun 1970-an. Gaya ini bisa dibilang sebagai reaksi terhadap arsitektur modern yang cenderung terlalu kaku dan monoton. Para arsitek saat itu ingin mengeksplorasi bentuk baru yang lebih bebas, lebih terbuka, dan lebih menunjukkan “jeroan” bangunan.
Bangunan yang sering disebut sebagai titik awal dari arsitektur high-tech adalah Centre Pompidou di Paris. Desainnya dibuat oleh duo arsitek Renzo Piano dan Richard Rogers. Yang bikin bangunan ini unik adalah semua saluran pipa, tangga, bahkan struktur penopangnya diletakkan di luar. Jadi kelihatan seperti mesin raksasa. Walaupun sempat kontroversial, bangunan ini akhirnya jadi ikon dan membuka jalan bagi gaya high-tech lainnya.
Ciri Khas Arsitektur High-Tech
Supaya lebih mudah dikenali, yuk kita bahas beberapa ciri utama dari gaya arsitektur high-tech ini:
Tampilan Mesin
Salah satu hal yang paling mencolok dari gaya ini adalah tampilannya yang mirip mesin. Elemen-elemen teknis seperti pipa, kabel, dan struktur baja tidak disembunyikan. Justru ditonjolkan dan dijadikan bagian dari desain eksterior.
Penggunaan Material Industri
Baja, kaca, dan beton menjadi material utama. Kadang juga ditambahkan aluminium, panel-panel logam, atau bahkan bahan plastik modern. Semua ini bikin tampilannya terkesan futuristik dan tegas.
Sistem Terbuka
Arsitektur high-tech sering mengusung konsep open plan atau ruang terbuka yang fleksibel. Struktur pendukung biasanya dibuat efisien supaya tidak makan banyak tempat, sehingga ruang dalam bisa diatur ulang sesuai kebutuhan.
Fokus pada Teknologi
Gaya ini nggak cuma soal estetika, tapi juga menekankan integrasi teknologi dalam bangunan. Misalnya, sistem ventilasi pintar, pemanfaatan energi terbarukan, dan sensor otomatis yang mendukung kenyamanan pengguna.
Ekspresi Struktur
Struktur bangunan bukan sekadar penopang. Dalam arsitektur high-tech, struktur justru jadi bagian dari keindahan visual. Balok, kolom, dan sambungan baja sering ditonjolkan dengan detail yang presisi dan bersih.
Tokoh-Tokoh Penting dalam Arsitektur High-Tech
Gaya ini nggak akan berkembang tanpa kehadiran arsitek-arsitek hebat yang berani tampil beda. Yuk kenalan sama beberapa di antaranya.
Richard Rogers
Richard Rogers adalah salah satu pelopor utama arsitektur high-tech. Karyanya yang paling terkenal adalah Centre Pompidou dan Lloyd’s Building di London. Rogers percaya bahwa teknologi bisa mempercantik arsitektur, bukan malah merusaknya.
Norman Foster
Kalau kamu pernah lihat The Gherkin di London, itu salah satu karya dari Norman Foster. Dia dikenal dengan gaya desain yang menggabungkan efisiensi, teknologi tinggi, dan keberlanjutan. Foster seringkali menyatukan konsep smart building dengan struktur yang ringan dan fleksibel.
Renzo Piano
Meski sekarang lebih dikenal dengan desain yang lebih kalem dan elegan, Renzo Piano dulunya ikut membesarkan arsitektur high-tech lewat Centre Pompidou. Gaya desainnya sangat teknikal tapi tetap memperhatikan kenyamanan dan konteks lingkungan.
Nicholas Grimshaw
Arsitek asal Inggris ini juga dikenal lewat desain high-tech seperti bangunan stasiun, bandara, dan proyek infrastruktur besar. Karyanya mencerminkan efisiensi dan teknologi tinggi yang dibalut dalam desain modern.
Contoh Bangunan Arsitektur High-Tech yang Ikonik
Kalau kamu penasaran bentuk nyata dari arsitektur high-tech, beberapa bangunan ini bisa jadi referensi keren.
Centre Pompidou – Paris
Bangunan ini adalah ikon pertama dari arsitektur high-tech. Semua sistem mekanikal seperti tangga berjalan, saluran air, dan struktur rangka dibiarkan terbuka dan diberi warna-warna mencolok.
Lloyd’s Building – London
Desain dari Richard Rogers ini benar-benar ekstrim. Semua elemen mekanikal seperti lift dan tangga diletakkan di bagian luar. Hasilnya adalah tampilan industrial yang sangat kuat dan berbeda dari gedung kantor pada umumnya.
The Gherkin – London
Karya Norman Foster yang satu ini bukan hanya tampil unik dengan bentuk spiral dan kaca melengkung, tapi juga sangat efisien secara energi. Sistem ventilasinya dibuat sedemikian rupa supaya hemat energi dan nyaman sepanjang tahun.
Hong Kong and Shanghai Bank Headquarters – Hong Kong
Bangunan ini dirancang oleh Norman Foster juga. Mengusung struktur modular, sistem pencahayaan alami, dan ventilasi silang. Gedung ini menjadi simbol kemajuan teknologi dan efisiensi di kawasan Asia.
Eden Project – Inggris
Proyek dari Nicholas Grimshaw ini menggabungkan konsep arsitektur high-tech dengan keberlanjutan. Kubah-kubah besar yang menyerupai gelembung udara menampung berbagai ekosistem tanaman dunia. Bentuknya nggak biasa dan jadi daya tarik wisata tersendiri.
Arsitektur High-Tech di Masa Kini
Gaya arsitektur high-tech terus berkembang dan bertransformasi. Di era digital seperti sekarang, teknologi makin menyatu dengan arsitektur. Sensor pintar, material ramah lingkungan, dan sistem otomatisasi semakin umum digunakan.
Banyak bangunan masa kini mengambil prinsip dari arsitektur high-tech, seperti menonjolkan efisiensi energi, fleksibilitas ruang, dan tampilan yang mencerminkan kemajuan teknologi. Gaya ini juga sering dikombinasikan dengan konsep arsitektur hijau dan smart building, menciptakan bangunan yang nggak cuma keren tapi juga fungsional dan berkelanjutan.
Kenapa Arsitektur High-Tech Masih Relevan?
Ada beberapa alasan kenapa arsitektur high-tech masih jadi pilihan sampai sekarang. Pertama, karena gayanya yang berani dan beda, cocok buat bangunan publik atau komersial yang ingin tampil menonjol. Kedua, karena efisiensinya tinggi, dari sisi konstruksi maupun operasional.
Yang nggak kalah penting, gaya ini juga fleksibel. Bisa dipakai untuk berbagai fungsi, dari museum, stasiun, sampai kantor. Dengan kemajuan teknologi sekarang, arsitektur high-tech justru makin mudah diwujudkan dan disempurnakan.