arsitag.org – Kalau kamu jalan-jalan ke kota besar dan melihat bangunan yang bentuknya aneh tapi nyeni banget, bisa jadi itu karya dari Arsitektur Postmodern. Gaya arsitektur ini muncul sebagai reaksi dari kejenuhan terhadap gaya modern yang dianggap terlalu kaku dan serius. Postmodern hadir dengan pesan yang lebih santai, penuh warna, dan nggak takut terlihat “berisik”. Yuk, kita bahas bareng gimana gaya ini lahir dan berkembang jadi salah satu wajah kota masa kini.

Baca Juga: Jenis Arsitektur Klasik: Gaya Lama yang Tetap Bikin Kagum

Asal Usul Arsitektur Postmodern

Arsitektur Postmodern mulai dikenal sekitar akhir tahun 1960-an. Saat itu, banyak arsitek mulai merasa bosan dengan prinsip modernisme yang terlalu mengutamakan fungsi dan efisiensi. Gaya modern memang keren dan revolusioner di awal abad ke-20, tapi lama-lama jadi terlalu monoton dan “dingin”.

Nah, di sinilah Arsitektur Postmodern masuk sebagai jawaban. Gaya ini muncul dengan semangat baru: lebih bebas, lebih ekspresif, dan lebih komunikatif. Kalau arsitektur modern cenderung minimalis dan polos, arsitektur postmodern justru main-main dengan bentuk, warna, dan elemen-elemen klasik yang dikemas ulang.

Baca Juga: Mengenal Lebih Dekat Konsep Arsitektur High-Tech

Ciri Khas Arsitektur Postmodern

Supaya makin akrab dengan konsepnya, yuk kenalan dulu sama ciri-ciri khas dari arsitektur postmodern. Gaya ini punya banyak elemen yang bikin beda dari pendekatan sebelumnya.

Permainan Bentuk dan Gaya

Salah satu hal paling menonjol dari arsitektur postmodern adalah keberaniannya dalam mencampur berbagai gaya. Kadang kita bisa lihat elemen klasik seperti tiang ala Yunani berdiri berdampingan dengan bentuk geometris modern. Semua campur aduk tapi tetap ada cerita di baliknya.

Warna yang Ceria

Kalau bangunan modern biasanya didominasi warna monokrom seperti putih, abu-abu, atau hitam, arsitektur postmodern justru nggak malu pakai warna cerah. Kamu bisa nemuin bangunan pink, ungu, biru elektrik, bahkan dengan pola yang nggak biasa.

Unsur Simbolik dan Humor

Yang bikin arsitektur postmodern makin menarik adalah unsur simbolik dan kadang humor yang disisipkan. Bangunan nggak cuma soal fungsi, tapi juga bisa jadi media komunikasi. Kadang bentuk atap atau jendela dibuat nyeleneh untuk menyampaikan pesan atau sekadar menghibur.

Tokoh-Tokoh Penting di Balik Arsitektur Postmodern

Gaya arsitektur ini nggak akan berkembang tanpa kehadiran arsitek-arsitek hebat yang berani beda. Mereka membawa angin segar dan mendobrak pakem yang ada.

Salah satunya adalah Robert Venturi, yang sering disebut sebagai bapak Arsitektur Postmodern. Lewat bukunya yang berjudul Complexity and Contradiction in Architecture, ia mengajak para arsitek buat nggak takut bermain dengan kontradiksi. Baginya, kompleksitas adalah bagian dari keindahan.

Lalu ada Michael Graves, yang karyanya banyak menonjolkan bentuk geometris dan warna-warna berani. Desainnya terkesan mainan tapi tetap punya struktur yang kokoh. Nggak ketinggalan, Philip Johnson juga punya pengaruh besar, terutama lewat AT&T Building yang jadi salah satu ikon awal arsitektur postmodern di Amerika.

Perbedaan Arsitektur Postmodern dan Modern

Banyak yang masih bingung membedakan antara arsitektur modern dan postmodern. Sebenarnya, perbedaannya cukup jelas kalau diperhatikan baik-baik.

Arsitektur modern sangat fokus pada fungsi. Bentuk mengikuti kebutuhan, tanpa ornamen atau tambahan yang nggak perlu. Semuanya simpel dan lurus.

Sementara itu, arsitektur postmodern jauh lebih fleksibel. Ia merangkul ornamen, mencampur gaya lama dan baru, bahkan memasukkan elemen dekoratif yang dianggap nggak penting dalam modernisme. Postmodern juga lebih personal dan suka mengangkat identitas budaya setempat.

Contoh Bangunan Arsitektur Postmodern

Supaya lebih kebayang, kita bahas beberapa bangunan yang dikenal dengan gaya arsitektur postmodern. Salah satunya adalah Piazza d’Italia karya Charles Moore di New Orleans. Bangunan ini punya elemen-elemen klasik seperti kolom dan air mancur, tapi ditampilkan dengan cara yang nyeleneh dan penuh warna.

Ada juga Portland Building karya Michael Graves, yang punya fasad warna-warni dan jendela kecil berbentuk aneh. Bangunan ini sempat jadi kontroversi, tapi diakui sebagai tonggak penting dalam perkembangan arsitektur postmodern.

Di luar negeri ada Sony Tower (dulu AT&T Building) di New York, karya Philip Johnson. Bentuk atapnya terinspirasi dari lemari pakaian Chippendale, yang bikin banyak orang langsung tahu kalau bangunan itu postmodern.

Arsitektur Postmodern di Indonesia

Meskipun nggak sebanyak di Barat, arsitektur postmodern juga punya tempat di Indonesia. Beberapa bangunan kantor, pusat perbelanjaan, dan kampus mulai mengadopsi pendekatan ini di era 90-an hingga 2000-an.

Misalnya, kamu bisa lihat gedung-gedung pemerintahan yang memadukan bentuk klasik seperti pilar dan kubah, tapi dikemas dengan material dan warna yang lebih modern. Beberapa hotel dan pusat budaya juga mencoba gaya ini, biasanya dengan permainan atap, jendela, dan ornamen lokal yang diolah ulang secara kreatif.

Arsitektur Postmodern dan Budaya Pop

Salah satu daya tarik dari arsitektur postmodern adalah hubungannya dengan budaya populer. Desainnya sering mencerminkan selera masyarakat urban, mulai dari yang serius sampai yang lucu. Kadang bentuknya mirip kartun, kadang mirip game, atau bahkan referensi ke film dan seni kontemporer.

Gaya ini sangat cocok untuk masyarakat yang senang berekspresi. Makanya nggak heran kalau arsitektur postmodern sering muncul di pusat hiburan, taman tematik, atau area publik yang butuh daya tarik visual.

Kritik Terhadap Arsitektur Postmodern

Meskipun punya banyak penggemar, arsitektur postmodern juga nggak lepas dari kritik. Ada yang bilang gaya ini terlalu dekoratif dan nggak punya arah yang jelas. Beberapa orang bahkan merasa bentuknya lebay dan susah dipahami.

Tapi justru di situlah letak kekuatannya. Arsitektur postmodern hadir sebagai bentuk perlawanan terhadap keteraturan yang kaku. Ia merayakan keragaman, absurditas, dan keindahan dalam ketidaksempurnaan.

Peran Teknologi dalam Arsitektur Postmodern

Meskipun arsitektur postmodern muncul sebelum era digital, tapi seiring perkembangan teknologi, gaya ini jadi makin eksploratif. Software desain seperti AutoCAD, SketchUp, sampai Blender membantu arsitek menciptakan bentuk yang lebih kompleks.

Teknologi juga mempermudah penerapan warna, pencahayaan, dan material baru dalam bangunan. Sekarang arsitektur postmodern bisa tampil lebih canggih dan adaptif tanpa kehilangan identitas nyentriknya.

Masa Depan Arsitektur Postmodern

Walaupun saat ini gaya minimalis dan futuristik sedang populer, arsitektur postmodern tetap punya tempat tersendiri. Banyak arsitek muda yang kembali mengangkat semangat postmodern dalam karya mereka, terutama lewat desain yang berani tampil beda.

Apalagi di era media sosial seperti sekarang, desain visual yang mencolok justru lebih cepat viral dan menarik perhatian. Gedung yang instagramable seringkali justru punya gaya postmodern karena bentuknya unik dan penuh karakter.